Cerita Miris Prajurit Wanita TNI Saat Tes Keperawanan


INDOSEJATI.com - Lembaga pembela hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) mendesak agar tes keperawanan untuk perempuan calon prajurit dan calon istri anggota Tentara Nasional Indonesia dihapus. Lembaga itu mengeluarkan hasil wawancaranya dengan sebelas perempuan yang menjadi "korban" tes keperawanan di rumah sakit militer di Bandung, Jakarta, dan Surabaya

Berdasarkan laporan HRW, semua perempuan yang mendaftar sebagai prajurit TNI dan tunangan para anggota TNI diwajibkan mengikuti tes keperawanan. "Pelamar atau tunangan yang dinyatakan 'gagal' memang tak lantas dihukum, namun menurut mereka tes itu menyakitkan, memalukan, dan meninggalkan trauma," demikian tertulis dalam siaran resmi HRW.

Perempuan yang diwawancara HRW juga menyatakan hanya mereka yang memiliki koneksi dengan kekuasaan atau menyuap dokter militerlah yang mendapat pengecualian dari tes keperawanan. Tes tersebut dilakukan dengan cara memasukkan dua jari tangan ke dalam alat kelamin perempuan untuk memastikan selaput daranya masih utuh.

World Health Organization menyatakan tes tersebut tidak ilmiah karena sobeknya selaput dara bisa saja disebabkan oleh kecelakaan, bukan semata hubungan seksual. Kepada HRW, semua responden menyatakan tes berlaku bagi perempuan calon prajurit. Juga mereka yang hendak menikah dengan anggota TNI. Tes ini dilakukan dalam pemeriksaan fisik di rumah sakit militer.

HRW juga mewawancara dokter yang melakukan tes. "Tes dilakukan di rumah sakit militer seluruh Indonesia untuk seluruh pelamar perempuan di sebuah ruangan besar yang disekat dengan tirai," kata dokter, yang meminta identitasnya dirahasiakan. Tes keperawanan biasanya dilakukan petugas perempuan. Namun seorang narasumber menyatakan uji keperawanannya dilakukan seorang pria.

Tak hanya calon prajurit, calon istri anggota TNI pun harus melalui prosedur serupa. Anggota TNI yang hendak menikah harus mendapat surat rekomendasi dari komandannya. Surat dapat dikeluarkan hanya bila calon istri telah melalui pemeriksaan kesehatan, termasuk tes keperawanan.

Seorang perempuan calon prajurit mengaku diberitahu bahwa tes keperawanan penting untuk menjaga harga diri dan kehormatan bangsa. Istri anggota TNI juga diberitahu bahwa tes keperawanan berperan menjaga keharmonisan rumah tangga militer lantaran sang suami kerap bepergian hingga berbulan-bulan.

HRW mendesak agar praktek ini segera dihapus. "TNI harus menyadari bahwa tes keperawanan yang menyakitkan dan memalukan terhadap perempuan calon prajurit tak ada hubungannya dengan keamanan nasional," kata Direktur Advokasi Hak Perempuan HRW Nisha Varia.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan membenarkan kabar bahwa militer Indonesia masih menerapkan tes keperawanan. Saat itu protes terhadap tes keperawanan bagi calon polisi wanita sedang ramai diperbincangkan.

Juru bicara TNI, Fuad Basya, sebelumnya juga mengkonfirmasikan bahwa tes keperawanan untuk perempuan calon prajurit lebih dulu dilakukan oleh TNI sebelum kepolisian melakukan tes serupa. Berdasarkan riset HRW, baik TNI Angkatan Darat, Laut, maupun Udara telah melakukan tes keperawanan pada kepada perempuan calon prajurit selama puluhan tahun. Tes itu bahkan juga diberlakukan bagi calon istri anggota TNI.


Sumber:https://m.tempo.co/read/news/2015/05/14/078666260/cerita-miris-prajurit-wanita-tni-saat-tes-keperawanan

No comments:

Post a Comment